Jumat, 06 Juli 2018

Mengenal Tenun Khas Jepara

kain tenun troso jepara
image by tenuntroso.com

Jepara identik dengan kesenian ukirnya. Kota kelahiran Kartini ini dikenal juga dengan Karimunjawa-nya. Nah, belakangan terkuak potensi lain yang dimiliki kabupaten ini yaitu kerajinan kain tradisional tenun ikat Troso. Tenun Khas Jepara ini bisa ditemukan di Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara.


Sejarah Kain Tenun Ikat Troso
Mengutip dari Republika, 4 Juli 2018 dikatakan bahwa sejak 1935 warga Desa Troso telah memiliki tenun ikat ini. Dimulai menggunakan alat tenun gedog yang merupakan warisan turun temurun. Kemudian sekitar 1943 menggunakan alat tenun pancal. Lalu beralih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) pada 1946 hingga kini. Kain tenun ini memiliki motif yang beragam seperti motif Rajut, Rangrang, Sutra, Skaf, Kalimantan dan Endek.

Harga Bervariasi
Sebagaimana kain tradisional khas Indonesia, kain tenun ini pun ditawarkan dengan harga bervariasi per potongnya. Harga kain tenun dipengaruhi jenis bahan kain yang digunakan, menggunakan kain katun atau sutra. Saat artikel ini dituliskan, kisaran harga kain tenun Troso berbahan katun per potongnya mulai dari Rp 135 ribu hingga Rp 500 ribu. Sedangkan untuk jenis kain sutra mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 3 juta. Dibandingkan kain batik cap, kain tenun ini memang terlihat lebih mahal. Namun hal ini wajar karena menggunakan ATBM.

Kain tenun Troso ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. 80 persen diantaranya ke Pulau Bali sisanya ke beberapa kota seperti Jakarta, Pekalongan, Yogyakarta dan Solo. Hal ini membuktikan bahwa kain tenun Troso ini memang berkualitas dan memiliki banyak peminat.

Hanya saja, meskipun memiliki banyak peminat dan distribusi tersebar ke beberapa wilayah di Indonesia namun produksi kain tenun Troso ini memiliki kendala. Salah satu kendala utamanya adalah kesulitan bahan baku karena impor dari India. 

Minim Regenerasi
Saat ini setidaknya ada sekitar 6000 pengrajin kain tenun tersebut. Para pengrajin tersebut tidak hanya menjadikan kerajinan ini sebagai mata pencaharian saja tetapi juga berupaya mempertahankan keberadaan kain tenun Troso ini.

Sayangnya, regenerasi menjadi masalah utama saat ini. Para generasi muda enggan meneruskan kerajinan ini. Sebagian besar generasi muda di Desa Troso lebih senang bekerja di pabrik-pabrik yang belakangan semakin bermunculan di Kabupaten Jepara. Jika hal ini terus dibiarkan dan tidak ada solusi untuk mengasinya maka bukan mustahil keberlangsungan Kain Tenun Khas Jepara ini akan berhenti dan di masa depan bisa menjadi barang langka. 

5 komentar:

  1. Harus dicarikan solusi agara bagaimana generasi muda bangga dan mencintai kerajinan lokal, susah memang tapi saya kira bukan hal yang mustahil

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepakat! membutuhkan kerjasama dari pemerintah, masyarakat maupun dari dunia pengusaha itu sendiri. terima kasih sudah mampir di blog saya :)

      Hapus
  2. Gagal fokus, Kak hahaha. Ini tenunannya keren, motif mirip tenun NTT. Kalau soal minim regenerasi, hampir sama di semua wilayah ya. Sedih ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. tenun dimana-mana kayaknya memang bikin mupeng kak ehehee, terima kasih sudah mampir

      Hapus
  3. kota jepara memang sangat strategis

    BalasHapus

Terimakasih sudah bersedia berkunjung, silakan tinggalkan alamat blog/wesite anda, nanti akan dikunjungi balik :)