Setiap orang memiliki kepribadian
yang berbeda satu sama lain. Melalui kepribadian inilah setiap pribadi
seseorang memiliki ciri khas masing-masing. Begitu pula dengan sebuah negara.
Setiap negara juga memiliki kepribadian masing-masing. Melalui kepribadian
tersebut sebuah negara dikenal luas. Kepribadian tersebut tidak akan lepas dari
sejarah negara tersebut.
Indonesia sendiri memiliki sebuah
kepribadian yang menjadi ciri khas dari Indonesia itu sendiri yaitu Pancasila.
Sebagai dasar negara, Pancasila justru telah dibicarakan bahkan sebelum
Indonesia menyatakan kemerdekaannya melalui pembacaan proklamasi oleh Ir.
Soekarno dan Hatta. Membutuhkan proses pembahasan yang panjang sebelum akhirnya
memperoleh keputusan final seperti teks Pancasila yang kita kenal saat ini.
Bangsa Indonesia dan juga dasar
negara yaitu Pancasila, terbentuk berdasarkan perbedaan. Pancasila sendiri
hadir sebagai penengah adanya perbedaan yang ada. Dan sebagai bentuk
kepribadian bangsa Pancasila membuat Indonesia hadir dengan ciri khas yang
membedakannya dengan negara lain.
Ciri khas tersebut dapat
dicermati dari setiap sila dari Pancasila itu sendiri, yaitu :
- Ketuhanan Yang Maha Esa, sejak zaman dahulu bangsa Indonesia bisa dikatakan sebagai bangsa yang sudah mengenal konsep ‘Tuhan’ yang dilakukan dengan berbagai cara oleh setiap lapisan masyarakat. Misalnya dengan menyembah batu besar, pohon besar, meletakkan sesajian pada sungai dan lainnya. Hingga akhirnya masuklah agama Hindu, Budha, Kristen, Katholik, Islam, Konghucu dan berbagai kepercayaan lainnya. Adanya kepercayaan tersebut membuat masing-masing individu memperoleh ketenangan dan berusaha melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan sesuai petunjuk agama maupun kepercayaan masing-masing.
- Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sila kedua ini bisa dilihat dari masyarakat Indonesia yang terkenal dengan keramahannya. Bahkan sifat ramah ini dikenal dan diakui oleh bangsa lain. Sifat ramah merupakan bagian dari sikap kemanusiaan dimana masyarakat Indonesia ingin hidup berdampingan dengan siapapun secara damai. Maka tidak heran jika di Indonesia bisa melihat gereja dan masjid berdampingan begitu pula dengan pura maupun tempat ibadah lainnya. Di berbagai kampung meskipun memiliki agama atau kepercayaan berbeda namun ketika tetangga sakit tetap menjenguk begitu pula saat ada keluarga tetangga meninggal juga ikut berbelasungkawa.
- Persatuan Indonesia, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwasanya Indonesia lahir dari perbedaan. Perbedaan pendapat, suku, agama, bahasa, budaya dan lainnya. Tradisi persatuan telah mengakar di Indonesia bakan sejak zaman kerajaan. Adanya jiwa persatuan mendorong adanya kekuatan untuk melawan penjajah. Dan tentu tidak akan lupa dengan peristiwa ‘Sumpah Pemuda’ pada 28 Oktober 1928. Dimana saat itu pemuda pemudi dari berbagai suku, pulau berkumpul dan mengikrarkan sumpah yang antara lain mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia, bertanah air satu tanah air Indonesia serta menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Selain itu yang juga perlu diingat bahwasanya Indonesia juga memiliki semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
- Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, jika dipahami maka sila keempat ini sebenarnya mencerminkan pengertian demokrasi namun demokrasi yang ada di Indonesia tidak menganut sistem demokrasi negara barat. Sistem demokrasi yang dianut Indonesia adalah sistem demokrasi Pancasila yang mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada. Dasar sistem ini bisa dilihat di kampung-kampung atau dusun yang selalu memusyawarahkan berbagai persoalan yang ada di kampung misalnya penentuan jadwal ronda, kerja bakti, ajakan menjenguk tetangga sakit, membantu pembangunan rumah tetangga, pemilihan ketua RT, kepala dusun, kepala kampung, menyelesaikan konflik antar tetangga dan lainnya.
- Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sila terakhir ini jika diresapi merupakan perwujudan apabila dari sila-sila sebelumnya yaitu sila pertama, kedua, ketiga dan keempat benar-benar dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dimana akhirnya benar-benar terwujud rasa adil lahir maupun batin.
Sederhananya adalah apabila
setiap individu menerapkan kelima sila tersebut yaitu sila pertama dengan
benar-benar menerapkan anjuran Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan maka tidak
akan ada korupsi, pembunuhan dan kejahatan lainnya. Begitu pula dengan sila
kedua maka tidak akan ada perpecahan maupun perselisihan antar sesamanya dan
lebih mengedepankan toleransi dan saling membantu. Dan hal ini diperkuat dengan
adanya jiwa yang ada di sila ketiga. Sementara perwujudan sila keempat apabila
dilaksanakan para pemimpin maupun pemerintahan maka akan benar-benar melahirkan
sebuah kebijakan yang tidak mewakili golongan apapun namun akhirnya benar-benar
bisa memujudkan sila kelima, keadilan sosial lahir dan batin bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pancasila bisa dikatakan sebagai
identitas bangsa Indonesia dan apabila setiap generasi memahami tidak hanya
sekedar mengetahui kelima sila tersebut maka berbagai dampak yang kurang baik
yang muncul dari budaya luar sebagai efek globalisasi bisa dibentengi. Budaya barat
tidak selalu memiliki efek buruk. Karena pada dasarnya budaya tidak akan
berhenti namun akan terus berkembang maka mencegah budaya luar ke Indonesia
tentu tidak bisa dilakukan.
Namun bisa tetap diterima dengan
tetap tidak meninggalkan identitas bangsa. Mungkin bisa dipahami sebagai bagian
dari proses akulturasi. Misalnya dalam musik dangdut merupakan seni budaya asli
Indonesia sedangkan musik jazz merupakan seni budaya dari luar dan ketika
digabungkan bisa menjadi seni budaya baru yang mengagumkan dan bisa diterima.
Kemudian budaya teknologi seperti
telepon seluler, PC, dan lainnya. Seperti yang kita ketahui budaya teknologi
merupakan budaya yang cepat dalam perkembangannya. Telepon seluler yang
mempercepat proses komunikasi dulunya hanya bisa digunakan untuk telepon
kemudian dalam perkembangannya bisa digunakan untuk saling mengirim pesan, bisa
digunakan untuk mendengakan musik, mengambil foto, bahkan terkoneksi dengan
internet. Begitu pula dengan PC yang selalu berkembang dari monitor tabung
hingga LCD. Dan tentu saja teknologi internet yang juga terus berkembang. Tentu
adanya budaya tersebut tidak bisa dicegah namun bisa dimanfaatkan untuk
berbagai hal yang bermanfaat.
Misalnya dengan PC tersebut
membuat tulisan mengenai budaya bangsa, menyampaikan pemikiran kita tentang
berbagai hal yang bermanfaat bagi orang lain. Kemudian melalui internet tulisan
tersebut bisa dipublikasikan sehingga lebih banyak orang yang bisa membacanya. Apabila
jiwa atau kepribadian bangsa yaitu Pancasila benar-benar dihayati dan dipahami
maka hal-hal yang ditulis atau dipublikasikan misalnya video juga bukan hal-hal
yang negatif seperti pornografi, ajakan menggunakan narkoba, dan lainnya.
Begitu pula perkembangan internet
dengan hadirnya jejaring sosial seperti twitter, facebook kemudian blog maupun
berbagai situs informasi. Kita tidak mencegah hadirnya teknologi tersebut. Namun
setidak tetap menggunakan teknologi tersebut dengan bijak tanpa meninggalkan
identitas bangsa. Misalnya menyampaikan hal baik, share gambar yang baik dan
lainnya.
Bahkan gaya hidup seperti makan
di restoran mewah atau cepat saji bisa juga ditiru bagaimana restoran cepat
saji tersebut dalam melayani. Akhirnya bukan tidak mungkin akan hadir
angkringan, warung makan Padang, warteg tetapi dengan pelayanan ramah, pelayan
yang mampu berbahasa Inggris, dan lainnya. Akhirnya tetap mempertahan budaya
yaitu masakan khas Indonesia seperti nasi Padang, nasi kucing, wedang jahe, dan
lainnya dengan ciri khas Indonesia yaitu keramahan didukung budaya luar yaitu
penguasaan bahasa asing misalnya bahasa Inggris.
Indonesia lahir dari banyaknya
perbedaan. Setiap perbedaan tidak harus selalu disamakan. Namun bisa dicari
solusi meskipun berbeda bisa berjalan berdampingan menuju tujuan yang sama
yaitu kedamaian yang melingkupi berbagai aspek. Begitu pula berbagai budaya
yang lahir dari komunitas global yang melibatkan berbagi negara juga tidak bisa
dicegah. Seperti yang disampaikan Umar Khayam bahwa kebudayaan tidak bisa
dilihat sebagai produk yang selesai (Umar Khayam dalam Slamet, 1983 : 4). Artinya
akan terus adanya perkembangan kebudayaan yang tidak hanya terdiri dari seni
namun juga teknologi, bahasa, fashion maupun hasil pemikiran lainnya.
Akhirnya Pancasila tidak hanya
sekedar diketahui isinya namun juga dipahami apa maksudnya. Bahkan hal ini
perlu diberikan sejak dini. Tidak hanya sekedar pembacaan teks Pancasila setiap
upacara bendera hari Senin. Namun dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari perlu
benar-benar diberikan agar benar-benar bisa dipahami dan akhirnya benar-benar
diterapkan. Karena inilah Pancasila yang benar-benar membedakan Indonesia
dengan negara lain.
terimakasih sudah berkunjung, itu dulu artikel buat iseng ikutan lomba blog tp belum beruntung :D
BalasHapusHidup Pancasila Abadi!!!
BalasHapushehehehe, keren gan inspiratif bgt..
hidup!! :D
Hapusterimaksih sudah beerkunjung :)
kerren bang
BalasHapusnice (y)
BalasHapusArtikelnya bagus banget
BalasHapusUntuk informasi tambahan seputar Sprei terbaru silahkan klik Sprei Katun Terbaru